By: Tb. MA. Rahmatullah, SH (Ketua Umum LBH Kesultanan Banten Indonesia)
Garis
keturunan itu genetik, berdasarkan darah para Raja dan Sultan mengalir dalam
aliran darahnya bukan sematan gelar Tubagus, Raden, Raden Mas, dan lain - lain
kemudian resmi menjadi keturunan Sultan. Trah adalah perjalanan takdir Illahi,
dan seseorang tidak bisa menetapkan berasal dari keturunan siapa dia berasal,
keturunan para raja dan sultan yang tersisa hari ini, itu adalah takdir Allah
yang tidak bisa diganggu gugat, oleh karena itu saya risih bahkan miris kalau
ada seseorang secara genetik tidak membawa DNA para raja dan sultan tetapi
mengklaim dan mengaku - aku sebagai bagian dari keturunan Sultan.
Dari proses
mengaku - aku akhirnya timbul pertanyaan? Engkau keturunan para Raja dan Sultan
apa? dan dari jalur mana?, Dari proses mengaku - aku akhirnya mulailah seni
kreasi di ciptakan, tahap kebohongan pertama di mulai, mulai mengaku - aku
"saya keturunan dari ini kesini dan kesini" tapi, banyak kejanggalan dari
silsilah. Apabila ditegur urutan nasabnya rusak atau indikasi palsunya jelas
kelihatan. Maka, bukan introspeksi diri malah marahnya luar biasa, mulailah
tahap kebohongan kedua untuk menutupi kebohongan pertama.
Dia cari
lembaga - lembaga yang bisa mentashihkan Nasab, kalau pentashih Nasab orang
berilmu pasti ketemu segala macam kejanggalan Nasab seseorang apabila nasab
tersebut hasil rekayasa atau cocokologi. Setelah diperiksa ahli nasab dan nasab
abal - abal, menutupi kebohongan dengan mencoba cara kebohongan ketiga, membuat
perkumpulan atau masuk perkumpulan keturunan para raja dan sultan yang tidak
melakukan cek dan keabsahan nasab, nah kalau sudah masuk kesitu, biasanya orang
yang dari kecil, dari ayah sampai kakeknya tidak punya gelar keturunan apapun,
mulai memasuki kebohongan keempat, dia sematkan gelar Raden, Tubagus, bahkan
kalau perlu pangeran, biar diaku jadi turunan raja dan sultan, karena sudah
merasa dikukuhkan sebagai keturunan Sultan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar